KEHARUAN SEEKOR ANJING
Pagi yang begitu
patah dengan rasa si Anjing dalam menanamkan hatinya pada kupu-kupu yang sedang
menari-nari di taman saat si Anjing menjaga rumah majikannya yang bernama pak
Bolot. Keharuan si Anjing datang di saat tarian kupu-kupu semakin indah dan
semakin lucu.
Si Anjing mencoba
untuk menirukan tarian kupu-kupu, namun tidak dapat dicapainya. Anjing berkata.
“Kenapa aku tidak
bisa seperti mereka., padahal kata pak Bolot aku cantik?” kata si Anjing kesal
“Percuma aku cantik
kalau tidak dapat menari.” Si Anjing tetap mencoba menirukan kupu-kupu tetapi
ia tetap tidak bisa.
Dengan keharuan itu
si Anjing menangis. Si Kupu menangkap suara tangisan si Anjing, lalu
mendekatinya.
“Anjing, kenapa kau
menangis?” tanya si Kupu.
“Aku tidak bisa menari
dan terbang sepertimu! Padahal kata majikanku aku sangat cantik.” Jawab si
Anjing. Si Kupu mencoba menasehati si Anjing. Tidak lama kemudian turunlah
hujan. Si Kupu bersama teman-temannya segera pergi mencari tempat berteduh.
Setelah beberapa
hari. Si Anjing merusak taman di sekitar rumah pak Bolot, agar si Kupu bersama
teman-temannya tidak lagi dapat menari-nari di taman. Setelah beberapa lama,
datanglah si Kupu bersama teman-temannya. Si Kupu melihat si Anjing yang sedang
merusak taman menjadi marah.
“Tunggu…, kenapa
kamu merusak taman disini?” tanya si Kupu
“Memangnya kenapa?
Ini kan tama milik majikanku? Bukan milikmu?”
“Memang ini bukan
tamanku! Tapi kau telah merusak tanaman yang tidak bersalah!” pertengkaran
semakin ramai, namun sedikit mereda ketika pak Bolot datang dengan wajah marah
karena melihat tamannya yang indah menjadi berantakan.
“Siapa yang telah
merusak tamanku ini?” tanya pak Bolot. Si Anjing kemudian mengaku kalau ia yang
merusak taman. Ia juga memberikan alasannya. Ternyata si Anjing telah
menganggap kalau kupu-kupu telah mencuri madu yang ada pada bunga. Pak Bolot
tersenyum, ia kemudian menjelaskan bahwa kupu-kupu tidak mencuri madu. Pandai
menari, terbang dan menghisap madu adalah kodrat setiap kupu-kupu. Si Anjing
kini sadar akan kesalahannya. Ia segera minta maaf pada si Kupu dan
teman-temannya, maupun pada pak Bolot.
SI MONYET YANG NAKAL
Di sebuah hutan,
tinggallah seekor monyet yang sangat nakal dan suka membuat kerusuhan. Dia
bernama Moli. Suatu hari Moli sedang berebut makanan dengan monyet lainnya.
Padahal makanan itu bukan milik Moli, tetapi ia tetap berniat untuk
mendapatkannya.
“Hai, Moli. Jangan
kau merebut makananku. Kenapa kau suka mengambil milik orang lain?”
“Biar saja,
memangnyatidak boleh.terserah saya, dong!” akhirnya monyet pemilik makanan itu
mengalah kemudian monyet itu pulang dan menceritakan sikap Moli kepada warga di
hutan. Monyet itu juga menasehati warga hutan agar tidak berteman dengan Moli
dan menjauhi Moli yang nakal.
Sejak saat itu Moli
merasa kesepian karena tidak ada satu hewan pun yang mau berteman dengannya.
Beberapa hari kemudian Moli bergegas pergi meninggalkan hutan. Ia berharap
dapat memperoleh teman di daerah lain. Sepanjang jalan Moli sangat murung.
Hingga akhirnya ia bertemu dengan seekor burung. Burung itu sangat heran meilat
kemurungan Moli.
“Hai, teman. Mengapa
wajahmu sangat murung?” sapa burung itu.
“Saya pergi dari
huta. Karena semua hewan di huta selalu menganggapku jahil dan suka menang
sendiri!” jawab Moli.
“Tidak uash sedih,
saya bisa membantumu.” Burung pun menasehati Moli agar tidak mengulangi
kesalahannyadan menghindari sifat nakalnya. Tetapi Moli tidak memperdulikan
nasehat burung. Moli justru merasa tersinggung, kemudian ia segera pergi
meninggalkan tempat itu.
Sewaktu Moli
melanjutkan perjalanan, ia bertemu dengan monyrt yang pernah diganggunya.
Tetapi Moli enggan meminta maaf, ia malah membuat keributan lagi dengan monyet
itu. Mereka pun saling adu mulut hingga akhirnya terjadi pertengkaran antara
mereka. Di tengah pertengkaran yang kemudian berlanjut pada perkelahian, Moli
jatu terpeleset ke jurang yang sangat dalam. Mulai saat itu tidak terdengar
lagi kabar Moli, si monyet yang nakal.sepeninggal Moli, suasana dalam hutan
terasa aman tenteram dan damai.
KECERDIKAN MENUMBUHKAN KEBAIKAN
Di sebuah gurun
pasir, hiduplah ular dan tikus pasir. Sebenarnya ular sangat ingin memangsa
tikus. Sedangkan tikus berusaha mencari akal agar ular tidak lagi berniat
memangsanya. Saat itu ular sangat lapar, padahal ia sedang tidak mempunyai
sedikit pun makanan. Sedangkan tikus yang berada tidak jauh dari ular sedang
asyik melahap makanannya. Ular merasa tidak senang melihat kelakuan tikus.
“Dengarkan ucapanku,
wahai, tikus yang angkuh! Aku pasti akan mendapatkan tubuhmu yang mungil dan
lezat itu!” teriak ular mengancam tikus.
“Hei, Ular. Berusaha
dan bekerjalah. Jangan hanya berani mengancam. Kalau hanya mengancam, seekor
semut pun bisa!” ular sangat marah mendengar ejekan tikus. Ia lalu kembali ke
sarangnya dengan perut yang lapar. Sedangkan tikus masih lahap dengan
makanannya.
Waktu terus
berjalan, tetapi ular tidak juga menemukan makanan. Ia juga enggan untuk keluar
dari sarangnya. Sementara itu tikus sudah lelap dalam sarangnya. Ular yang
masih dalam keadaan lapar segera mengandap-endap mendekati sarang tikus meski
ia masih sangat kesal terhadap tikus. Dan kini ular telah berada di sisi tikus
yang sedang tidur pulas.
“Hei, Tikus. Aku
sudah berada di sebelahmu dan siap untuk menyantapmu!” kata ular mengagetkan
tikus. Tikus segera terbangun dari tidurnya. Sambil berpura-pura menguap, ia
mulai memutar otak agar bisa lolos dari cengkraman ular.
“Tunggu dulu Ular,
sahabatku. Kalau kau ingin memakanku, kau harus berpikir dulu. Kita hanya
berdua di sini, tidak ada hewan lain. Jika kau memakanku maka kau akan sendiri.
Kau tidak akan mempunyai teman yang dapat kauajak mencari makan. Kalau begitu
kau tidak akan makan dan akhirnya kau akan mati!” sejenak ular terdiam. Ia
mencoba merenungkan nasehat tikus.
“Jadi kita tidak
bisa hidup sendiri?”
“Tentu. Bukankah
kita bisa berteman dan tentunya kita dapat mencari makan bersama. Bukankah itu
lebih menyenangkan daripada nantinya setelah kau memakanku kau hanya akan hidup
sendiri.” Ular mengangguk tanda mengerti.
“Baiklah kalau
begitu maafkan aku!” Tikus pun memaafkan ular. Mereka tersenyum bahagia,
kemudian beranjak mencari makanan bersama-sama.
PERTOLONGAN MEMBAWA BAHAGIA
Di sebuah tembok
rumah yang indah, terdapat beberapa ekor cicak yang sedang melata. Salah
satunya adalah cicak buruk rupa yang nasibnya selalu malang. Ia selalu diejek
oleh teman-temannya.
Suatu hari, ia
merambat pada sebuah dinding sambil merenung. Berbagai bayangan dan impian
menyatu dalam pikirannya.
“Kenapa nasibku
begitu malang? Kenapa semua teman-temanku selalu membenciku? Akankah aku
bahagia seperti hewan lain?” kata cicak. Tiba-tiba datang seekor nyamuk,
sahabat cicak.
“Kenapa kau murung,
wahai cicak?” tanya nyamuk khawatir
“Nyamuk sahabatku,
kenapa aku merasa selalu malang?”
“Cicak, sebenarnya
kau diciptakan penuh kelebihan. Kau dapat merambat di dinding tanpa jatuh. Kau
dapat mengecoh lawanmu dengan memutus ekormu saat kau ada dalam bahaya. Mengapa
kau masih saja bersedih?”
“Aku tidak disukai
teman-temanku karena aku berwajah buruk!”
“Tenanglah, teman!
Semuanya pasti akan berakhir, asalkan kau sabar.” Nyamuk terus menghibur hati
cicak.
“Terima kasih kau
telah membuatku kembali bersemangat.” Nyamuk hanya tersenyum. Kemudian pergi
meninggalkan cicak.
Cicak pulang dengan
hati yang tenang. Dalam hati ia berjanji untuk tidak menyakiti nyamuk, apalagi
memakannya. Di tengah jalan, ia melihat rombongan teman-temannya yang sedang
mencari makanan, yaitu nyamuk. Cicak berusaha mencegah. Ia takut kalau nyamuk
sahabatnya akan menjadi mangsa teman-temannya. Namun, teman-teman cicak justru
marah ketika mendengar larangan cicak. Cicak pun menggunakan berbagai cara
untuk mencegah teman-temannya.
“Nyamuk-nyamuk itu
juga berhak hidup seperti kita. Jadi kita tidak berhak merampas kehidupan yang
diberikan Tuhan pada nyamuk nyamuk itu. Bukankah kita bisa mencari makanan yang
lain, yang tidak merugikan makhluk lain?” mendengar itu, cicak-cicak sadar
kalau selama ini mereka telah berbuat salah. Mereka segera meminta maaf pada
cicak. Dan mereka berjanji tidak akan menyakiti, bahkan memakan nyamuk lagi.
Cicak merasa puas. Ia bisa menyadarkan teman-temannya, juga melindungi nyamu,
sahabatnya. Hari ini cicak sangat senang, karena hari ini ia dapat berguna bagi
makhluk lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar